topbella

Thursday, November 11, 2010

Antara Karir dan keluarga

Pagi tadi ada sebuah percakapan biasa tapi sangat menyentil dalam hati saya. Salah seorang Ibu kepala Bidang di kantor saya, menyapa dan bertanya kurang lebih seperti ini “ kenapa sepagi ini koq sudah sampe? Lebih baik ngurusin anak dulu. Kalo saya dulu sebelum berangkat anak2 harus sudah siap dulu, sudah dimandikan, diberi makan dll, karena bagaimanapun bagi seorang wanita, anak itu nomor satu, bekerja itu hanya sebagai Sunnah”.


Sesampainya di meja, saya merenung, betapa kata-kata beliau mengena dalam hati saya. Tiba2 teringat Dafi dirumah. Jadi ingat kemarin2, sebelum berangkat kantor, selalu pasti aku yang memandikan dia. Sampai dia sudah rapih, minum susu dan tidur baru aku berangkat kantor. Agak telarmbat memang sampai kantor, tp bruntungnya bahwa di tempat aku bekerja skr ini terlambat2 dikit gak masalah lah, yang penting kerjaan kelar. Tapi sudah hampir 2 bulan belakangan ini, tepatnya setelah aku dipromosikan naik jabatan menjadi salah satu kepala sub bidang, kegiatan rutin itu sudah tidak pernah ada lagi. Saya berangkat kantor labih pagi dan meninggalkan Dafi dalam keadaan belum mandi karena baru bangun tidur. Ibu mertua dan Kaka iparlah yang menggantikan tugas aku mulai saat itu, terkecuali hari libur dan sabtu minggu, baru aku bisa menghandel semuanya lagi.


Kini, tiba2 aku merasa bersalah. Tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benakku untuk menomorduakan anak dalam hal ini. Ini aku lakukan tak lebih dari sebuah tanggung jawab atas amanah yang aku emban saat ini. Tapi aku skr mulai berpikir lagi, anakku juga merupakan amanah yang lebih besar lagi dari Allah. Dulu aku merengek2 dan menangis setiap malam meminta pada Allah agar aku dianugrahi keturunan, setalah 4 tahun menanti dan kini aku telah mendapat kepercayaannya, kenapa aku malah terlihat seperti menduakannya.


Sebenernya saya tahu pasti dan sangat meyakini kalau bekerja bagi seorang wanita itu bukanlah kewajiban. Tapi pertimbangan2 yang banyak itulah yang menuntut aku untuk memutuskan bahwa aku harus bekerja. Pilihan yang sulit memang, sebuah dilema. Dan saya tau pasti bahwa apapun keputusan yang diambil, sama-sama punya konsekuensi. Saat ini saya hanya bisa berdoa agar Allah selalu menunjukkan jalannya pada saya. Semoga keputusan saya untuk membagi perhatian antara karir dan keluarga adalah keputusan terbaik saat ini dan tidak akan menjadi boomerang bagi kehidupan keluarga saya.


Maafkan Bunda ya Nak, bukan Bunda menomorduakan kamu. Kamu tetap menjadi prioritas dalam kehidupan Bunda, kamu dan Abi tetap menjadi nomor satu. Semoga suatu hari nanti Bunda akan menemukan cara yang cukup bijaksana dan bisa menjadi sebuah ''jalan tengah'' bagi kedilemaan ini.


Dan satu hal lagi, saya bersyukur memiliki suami yang sangat mengerti dan selalu bisa mencarikan solusi terbaik untuk setiap masalah dalam kehidupan saya. Seorang suami yang nyaris sempurna dimata saya. Terima kasih sayang untuk dukungan perhatian, pengertian dan cinta yang kamu berikan.


3 comments:

Allisa Yustica Krones said...

Ngerti banget, jeng, perasaanmu. Itu terjadi bkn krn pengen menomorduakan anak, tp krn mmg tipe kita gak bs hanya sekedar kerja, trus santai-santi gak jelas, asal tiap bulan terima gaji. Kita tetap terbeban oleh rasa tanggung jawab.

Tapi yah, itulah jeng, kadang mmg rasa tanggung jawab sama pekerjaan itu harus kita korbankan demi tanggung jawab yg lebih besar lagi, yaitu anak.

Di kantor ku, absensi mempengaruhi penerimaan IKS *tanya suami deh, apa itu IKS di tempat kami :D*, jadi kalo datang lebih dari pukul 07.30 pasti di laporan ke manajemen ada merahnya, dan itu berarti uang IKS dikurangin. Tapi yah, mo gimana lagi...uang bukan segalanya, kan? Dan yang terpenting aku msh bisa kerja dgn baik meskipun gak bisa segetol dulu, hehe...

Ayo jeng Dea, semangat!!

Btw, aku gak pernah bisa ngasih comment di blognya Dafi, jeng, krn window java script untuk entry captcha codenya selalu gak nampil penuh...hikkksss...

Dea said...

Iya betul, gak enak bgt rasanya kalo cuman makan gaji buta :) tp tetep aja kalo disuruh milih anak tetep yg didahulukan.
Soal Absen iya itu aku sering denger, karena suamiku termasuk yg sering terlambat khususnya setiap hari senin karena perjalanan dari Jkt, hehe…

Iya ayo sama2 kita semangat!!! Oh iya, blog Dafi yg di blogspot kayaknya mau migrasi ke wordpress ;)

yens said...

percayalah Dafi pasti bangga mempunyai bunda seperti bunda dea. Dia juga mengerti bundanya bekerja untuk memberikan segalanya yang terbaik untuk Dafi. Tetap semangat ya de. Beruntung sekali yang merawat dafi bukan orang lain tapi nenek dan tante nya sendiri...

Post a Comment

Kasih Komentar

About Me

My Photo
Dea
Working as a Researcher for Ministry of Trade. Live in Jakarta. A wife of fabulous husband and the mother of adorable Son. And still trying reach my dreams…
View my complete profile